jpnn.com, JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengharapkan masyarakat kian tergerak membeli barang produksi berbahan baku lestari.
Menurut dia, tren dunia menunjukkan makin banyak perusahaan raksasa global yang hanya mau membeli produk olahan dari hutan lestari. Zulhas -panggilan akrabnya- menyampaikan hal itu saat menerima CEO Programme for the Endorsement of Forest Certification (PEFC) Michael Berger yang mengunjungi kantor Kementerian Perdagangan (Kemendag) di Jakarta, Selasa (18/10).
PEFC merupakan organisasi internasional di Geneve, Swiss, yang telah mengeluarkan sertifikasi untuk 328 juta hektare hutan dan lebih dari 20 ribu perusahaan di berbagai negara. Menurut Zulkifli, dalam dua dekade terakhir ini banyak sekali perusahaan raksasa global yang memilih produk olahan, seperti kertas, bubur kertas, produk kayu, dan furniture, dari hutan lestari. “Sebagai contoh, perusahaan seperti Apple dan Samsung mengharuskan kotak dan kertas packaging (kemasan) produknya bersertifikat lestari”, ujar Zulkifli sebagaimana dikutip dari siaran pers Indonesian Forestry Certification Cooperation (IFCC).
Dalam kesempatan itu, Berger didampingi ekonom Dradjad H Wibowo yang juga Board Member PEFC. Dradjad juga dikenal sebagai pendiri sekaligus chairman IFCC, sebuah organisasi yang mewakili Indonesia di PEFC.
Zulhas memerinci kebutuhan akan kotak dan kertas packaging di dunia terus meningkat seiring makin tumbuhnya perdagangan online. Menurut dia, nilai pasar kemasan pada 2021 saja mencapai USD 402 miliar atau Rp 6.200 triliun.
Mantan menteri kehutanan itu pun meyakini Indonesia bisa menggarap peluang besar dalam pasar kertas dan kotak kemasan. “Indonesia dengan sistem pengelolaan hutan lestarinya sangat berpeluang mengambil pasar yang besar tersebut, sehingga ekspor bisa meningkat pesat,” tuturnya. Adapun Berger pada pertemuan itu mengapresiasi upaya Menteri Zulhas dalam mendorong pelaku usaha di Indonesia menjalankan usaha sesuai dengan kaidah kelestarian hutan. Menurut Berger, PEFC dan kepanjangan tangannya di Indonesia, IFCC, mendorong setiap inisiatif untuk mewujudkan hutan lestari. “PEFC adalah salah satu pelopor perdagangan tekstil dan fesyen lestari di dunia, bahan bakunya rayon yang diproduksi dari hutan lestari”, tambah Berger. Pada kesempatan sama, Dradjad H Wibowo mengatakan produk kertas dan pulp buatan Indonesia sempat diboikot oleh pasar internasional pada kurun waktu 2009-2010. Menurut dia, boikot itu disebabkan industri kertas dan pulp Indonesia dianggap merusak hutan. “Boikot menyebabkan ekspor kertas dan pulp Indonesia turun 25-30 persen,” tutur Dradjad.
Namun, kondisi berbalik ketika perusahaan hutan tanaman industri (HTI) Indonesia mengantongi sertifikat sustainable forest management (SFM) dari PEFC. Hingga menjelang pertengahan 2015, PEFC memberikan sertifikasi pengelolaan hutan lestari kepada tujuh perusahaan HTI di Indonesia. “Pada tahun 2021 nilai ekspornya sudah mencapai USD 7,42 miliar. Kenaikan itu bisa terjadi karena kebijakan tiga kementerian yang kondusif bagi kelestarian hutan, yaitu Kementerian Perdagangan, Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan Perindustrian,“ kata Dradjad.(jpnn)