PEFC on Stakeholder Dialogue, Nov 17-18, 2016, in Sheraton Kuta Resort Bali
Pertemuan Dialog berlangsung selama 2 hari diantara para pemangku kepentingan komunitas kehutanan, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, asosiasi, pebisnis, dan pelaku-pelaku terkait lainnya dari berbagai negara, merumuskan dampak positif dari ‘sustainable landscape’ melalui program sertifikasi hutan (forest certification).
Mengusung tema Sustainable Landscape for Sustainable Livelihood, para peserta memberikan beragam isu dan tantangan yang dihadapi didalam upaya meningkatkan kehidupan sosial, terutama masyarakat yang menggantungkan ekonomi kehidupannya dari hutan.
Menarik dicermati di akhir sesi pertemuan, mengingatkan kembali agar sertifikasi hutan harus haruslah memberikan dampak positif kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar yang menggantungkan kehidupannya dari hutan. Disisi lain, dari beberapa contoh program yang diakui berhasil misalnya program di Serawak, Malaysia, dan pengelolaan konsesi hutan oleh pengusaha pulp & paper terhadap lingkungan, menunjukkan keberpihakan juga kepada masyarakat.
Selain dibutuhkan peranan pemerintah, kolaborasi dan sinergi berbagai pihak secara horisontal dari berbagai pihak terkait, sangatlah dibutuhkan peran aktifnya. Media berperan menyampaikan informasi yang berimbang sekaligus edukasi kepada masyarakat luas, baik pemahaman tentang produk kehutanan (seperti timber/kayu), juga produk-produk turunan non-timber lainnya (seperti percetakan, produk2 perkebunan, dll). Produk konsumen yang menggunakan bahan dasar (raw material) dari hutan, selayaknya juga menampilkan logo sertifikasi hutan sehingga masyarakat pun sadar bahwa produk yang digunakan tersebut berasal dari hutan yang dikelola secara berkelanjutan (sustainable forest).
Sumber berita: woodmag.co.id