Foto: (iStock)
Jakarta - Isu kelestarian hutan yang secara internasional disebut dengan sustainable forest management (SFM) ini semakin menjadi penentu bagaimana negara-negara di dunia berkompetisi dalam perekonomian global. Dilansir dari situs resmi PEFC, SFM akan menciptakan tiga hal, yaitu keadilan sosial, kelestarian lingkungan, dan kelayakan ekonomi.
Berdasarkan laporan dari World Resources Institute (WRI), deforestasi Indonesia mengalami puncaknya pada 2016 sebesar 0.78 juta hektar. Angka tersebut mengalami penurunan pada empat tahun ke belakang dengan masing-masing 0.66 juta hektar pada 2017, 0.55 juta hektar pada 2018, 0.35 juta hektar pada 2019, dan 0.31 juta hektar pada 2020.
Dikarenakan hal ini, Indonesia bersama Malaysia dinyatakan sebagai "bright spots of hope for forests", seperti diberitakan juga oleh the Guardian dan teh New York Times.
Pentingnya manajemen keberlanjutan hutan terhadap perekonomian ini disebabkan karena banyaknya korporasi besar di dunia yang mensyaratkan sertifikat PEFC (Programme for the Endorsement of Forest Certification). Sertifikasi ini menjadi ketentuan agar mereka mau membeli produk olahan hasil hutan, mulai dari kayu hingga kertas.
PEFC adalah lembaga non-profit internasional dan non-pemerintah yang mengeluarkan sertifikasi kehutanan. Lembaga ini berpusat di Jenewa, Swiss. Ketua umum Indonesian Forestry Certification Cooperation (IFCC) Dradjad H. Wibowo menyebut sejumlah perusahaan yang sudah memanfaatkan sertifikat PEFC antara lain Walmart, Samsung, Apple, Zara, Johnson & Johnson, LV, Nestle, dan P&G.
Pada awalnya, Indonesia sempat sangat terpuruk pada 2016 lalu karena industri produk olahan hasil hutannya diboikot oleh Disney, Mattel, Xerox, Woolworths, dan sebagainya. Oleh karena itu, sangat penting adanya hutan tanaman industri (HTI) demi kelangsungan agar korporasi besar di dunia mau kembali melirik pasar Indonesia.
Saat ini, di Indonesia terdapat 67 perusahaan HTI dengan luas lahan kira-kira 4 juta hektar dan sudah memperoleh sertifikat SFM (sustainable forest management) dari lembaga PEFC tadi. Hari Bumi 2021 yang jatuh bertepatan di hari ini kembali mengingatkan bahwa kelestarian hutan sangat membantu perekonomian Indonesia di panggung dunia.
"Setelah semakin banyak HTI yang berhasil mencapai SFM, dan semakin banyak pabrik bubur kertas dan kertas yang mendapatkan sertifikat, ternyata ekspor Indonesia naik kembali," kata Dradjad H. Wibowo yang juga Member PEFC Board, dalam Focus Group Discussion Rabu, 21 April 2021.
Menurut Dradjad yang juga ekonom senior INDEF itu peningkatan ekspor ini sejalan dengan penurunan laju deforestasi di tahun 2017-2020. Dia pun mendorong pemerintah, khususnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, serta Kementerian Koperasi dan UKM agar semakin meningkatkan kinerja dalam mengelola kelestarian hutan serta industri pengolahan dan perdagangan produk olahan hutan lestari oleh para pelaku usaha.
"Perhutanan sosial bisa didorong agar mendapatkan sertifikat SFM, sehingga produknya bernilai tambah semakin tinggi," kata dia.
Dradjad juga menambahkan bahwa korporasi besar di Indonesia perlu sadar bahwa mereka tak bisa lagi lalai dari manajemen pengelolaan hutan atau SFM. Dia yakin bahwa di masa depan, korporasi besar akan ditinggalkan oleh pasar jika mengabaikan kelestarian hutan dan SFM.
"Trust me, sustainability pays," tutupnya.
Source: https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5542312/hari-bumi-2021-ifcc-serukan-pentingnya-hutan-lestari