09 Juni 2015
Antara / Foto
Illustrasi ekspor produk kehutanan
Dengan Mensyaratkan sertifikasi lebih dahulu, peluang penetrasi ke pasar lebih banyak
JAKARTA - Indonesia berpotensi meningkatkan ekspor produk kehutanan sebesar US$ 1 miliar tiap tahun dengan berbekal sertifikasi PEFC (Programme for the Endorsement of Forest Certification)/Indonesian Forest Certification Co-operation (IFCC).
Hal tersebut disampaikan Chairman IFCC, Dradjad Wibowo, saat penyerahan sertifikasi PEFC/IFCC kepada Grup Sinar Mas Forestry (SMF) dan Asia Pasific Resources International Limited (APRIL) Group, Senin (8/6).
"Berbekal sertifikasi PEFC/IFCC, ekspor kehutanan Indonesia dapat meningkat sekitar US$ 1-1,5 miliar per tahun dari yang tercatat saat ini sekitar US$ 5 miliar per tahun,” kata Drajad.
Selama ini negara yang secara tradisional mensyaratkan sertifikasi adalah negara di Eropa Barat dan Amerika Utara. Jadi, kalau tidak punya sertifikasi maka peluang ekspor akan hilang.
Negara-negara di Asia dan Australia sekarang pun sudah mengisyaratkan sertifikasi sehingga bagi pengusaha di bidang produk kehutanan yang memiliki sertifikasi lebih dahulu, itu mempunyai peluang penetrasi ke pasar lebih banyak. Menurutnya, saat ini sekitar 44 persen ekspor produk kehutanan Indonesia disumbang dari produk bubur kayu dan kertas.
Di Indonesia, PEFC meng-endorse skema sertifikasi pengelolaan hutan lestari dan lacak balak IFCC. Luas hutan tanaman yang telah tersertifikasi PEFC/IFCC saat ini sekitar 600.000 hektare (ha).Sertifikasi tersebut berlaku untuk tiga tahun dan akan ditinjau tiap tahunnya serta dapat diperpanjang. IFCC menargetkan tahun ini ada 1 juta ha area hutan yang tersertifikasi IFCC dari total hutan tanaman industri (HTI) seluas 5 juta ha.
"Kami targetkan 1 juta ha tahun ini dan mudah-mudahan tahun depan lebih banyak lagi yang siap," ucapnya. Sertifikat PEFC-IFCC memberikan manfaat luas bagi sektor industri kehutanan Indonesia dan ekspor ekonomi Indonesia. Salah satunya ialah memberikan indikator terpercaya bagi para konsumen di seluruh dunia bahwa produk kehutanan asal Indonesia yang dibeli, tumbuh dan dikelola secara berkelanjutan dan bertanggung jawab.
Managing Director APRIL Indonesia, Tony Wenas mengatakan, saat ini APRIL Grup mengekspor produknya ke 75 negara. Dengan kebijakan pengelolaan hutan lestari dan investasi baru untuk hilirisasi produk kertas. Pihaknya optimis bisa memperluas negara tujuan ekspor menjadi 85 negara. Ia menyampaikan bahwa APRIL Group menjadi yang pertama di Indonesia yang memperoleh sertifikat PEFC, sebuah sertifikasi pengelolaan hutan lestari independen yang terbesar di dunia.Ia menjelaskan, saat ini 45 persen dari total pasokan kayu jangka panjang APRIL di Indonesia telah bersertifikat PEFC, dengan lebih dari 300.000 ha areal konsesi hutan bersertifikat.
Sementara itu, APRIL Group mengelola sekitar 1 juta ha sehingga diharapkan sisanya bisa didapat pada beberapa bulan ke depan. Tony menyatakan, PEFC memberikan kepercayaan dan jaminan bagi konsumen di dunia bahwa produk APRIL merupakan produk yang berkelanjutan. "Hal ini merupakan langkah positif untuk reputasi kehutanan Indonesia di dunia serta membuka peluang dan pasar baru bagi APRIL," ujar Tony.