Selasa, 09 Juni 2015 Penulis: MI/Nur Imam Jayabuana
ANTARA/M. Agung Rajasa
Setelah memperkuat kebijakan pengelolaan hutan lestari dan meraihprogramme for the endorsement of forest certification (PEFC), Asia Pacific Resources International Limited (APRIL) Group optimistis bisa membuka pasar baru dan menyumbang devisa ekspor lebih besar bagi negara.
Managing Director APRIL Indonesia Operation Tony Wenas menyatakan saat ini APRIL Group mengekspor produknya ke 75 negara.
"Dengan kebijakan pengelolaan hutan lestari dan investasi baru bagi hilirisasi produk kertas, kami optimistis bisa memperluas negara tujuan ekspor menjadi 85 negara," kata dia seusai menerima seritifikat PEFC di Jakarta, kemarin.
APRIL Group menjadi perusahaan pertama Indonesia yang meraih sertifikat PEFC, sebuah sertifikasi pengelolaan hutan lestari independen terbesar di dunia. Sertifikat itu sebenarnya telah resmi sejak Desember 2014.
Saat ini 45% dari total pasokan kayu jangka panjang APRIL di Indonesia telah besertifikat PEFC, dengan lebih dari 300 ribu hektare (ha) areal konsesi hutan besertifikat.
APRIL Grup juga telah mendapatkan sertifikat lacak balak (chain of custody/CoC) PEFC yang menandakan seluruh rantai pasokan bahan baku dari hulu ke hilir telah memiliki sertifikat PEFC.
Tony menyatakan PEFC memberikan kepercayaan dan jaminan bagi konsumen di dunia bahwa produk APRIL merupakan produk yang berkelanjutan. "Ini langkah positif untuk reputasi kehutanan Indonesia di dunia dan hal ini membuka peluang dan pasar baru bagi APRIL," ujar Tony.
APRIL Group mengelola sekitar 1 juta ha konsesi hutan. Menurut Tony, luas konsesi yang tesertifikasi diharapkan bisa didapat pada beberapa bulan ke depan.
Saat ini lebih dari 264 juta ha hutan dan 15.804 perusahaan telah disertifikasi PEFC. Di Indonesia, PEFC meng-endorse skema sertifikasi pengelolaan hutan lestari dan lacak balak IFCC. Luas hutan tanaman yang telah tesertifikasi PEFC/IFCC kini sekitar 600 ribu ha.
Potensi ekspor
Chairman IFCC Drajad H Wibowo menyatakan berbekal sertifikasi PEFC/IFCC, Indonesia berpotensi menaikkan ekspor produk kehutanan US$1 miliar-US$1,5 miliar dari saat ini yang sekitar US$5 miliar per tahun. Menurut dia, saat ini sekitar 44% dari ekspor produk kehutanan Indonesia disumbang dari produk bubur kayu dan kertas.
"Jadi dengan disertifikasinya produk tersebut dengan skema PEFC tentu akan berkontribusi positif pada peningkatan eks-por," katanya.
Menurut Drajad, permintaan produk besertifikat secara global juga terus meningkat, terutama di Asia dan Australia, selain yang secara tradisional telah menuntut sejak lama, yaitu Eropa dan Amerika Utara. Ia berharap dengan sertifikat PEFC/IFCC pengelolaan hutan lestari di Indonesia bisa tercapai dan permintaan pasar terpenuhi. (E-3)
Source: http://www.mediaindonesia.com/mipagi/read/12143/APRIL-Group-Bidik-Perluasan-Pasar-Ekspor/2015/06/09