APP: Delapan Pemasok Kantongi Sertifikasi Kayu

Kuta (Antara Bali) - Perusahaan kertas, Asia Pulp and Paper (APP) menyatakan bahwa delapan pemasok kayu telah mengantongi sertifikat untuk memenuhi kebutuhan pasar internasional menyangkut legalitas produk tersebut.

"Saat ini baru delapan pemasok yang sudah sertifikasi. Kami akan bertahap melakukan semuanya," kata Deputy Director Sustainability and Stakeholder Engangement APP Dewi P Bramono ditemui dalam Dialog Pemangku Kepentingan pada PEFC Certification Week di Kuta, Kabupaten Badung, Kamis.

Menurut dia, delapan pemasok itu tersebar di beberapa kota di Tanah Air dari total 38 perusahaan pemasok dan anak perusahaan APP dengan total area hutan sekitar 2,6 juta hektare di Sumatera dan Kalimantan.

Ia menargetkan tahun 2020 semua pemasok atau anak perusahaan sudah mendapatkan sertifikasi sesuai dengan standar internasional atau PEFC "Programme for the Endorsement of Forest Certification" termasuk Sistem Verifikasi Legalitas Kayu Indonesia (SVLK) yang sudah dikenal khususnya untuk pasar Eropa.

"Sertifikasi ini akan membantu membuka pasar baru dan menyatakan bahwa produk ini berkelanjutan," imbuhnya seraya menambahkan bahwa proses sertifikasi pihaknya juga melibatkan pendamping.

Sertifikasi Hutan IFCC Buka Akses Pasar Global

ilustrasi

JAKARTA (SenayanPost.Com) – Produk berlabel Indonesian Forestry Certification Cooperation (IFCC) akan memberi jaminan hutan lestari dan akses pasar global. Ini karena IFCC menginisiasi sistem sertifikasi global–Programme for the Endorsement of Forest Certification (PEFC) yang merupakan sertifikat terbesar di dunia dalam pengelolaan hutan lestari.

Pernyataan itu disampaikan Ketua Umum IFCC Dradjad Hari Wibowo dalam keterangan tertulisnya, Kamis (17/11/2016).

Dradjad bilang, untuk mendorong pengelolaan hutan lestari, perlu sistem sertifikasi yang memungkinkan para pihak bisa menilai kemajuan dalam pencapaiannya. Sistem itu harus dibangun secara objektif, melalui kerjasama dan kebersamaan, serta tidak melibatkan kampanye negatif dan berbagai bentuk pemaksaan dan tekanan dari satu pihak ke pihak lain.

“Karena itu, sertifikat IFCC yang diterbitkan secara independen sejak tahun 2011 terus disempurnakan dengan melibatkan stakeholder yang mempunyai komitmen tinggi dalam pengelolaan hutan yang lestari untuk menjamin fungsi ekologi dan sosial hutan dapat tetap tetap terjaga,” kata Dradjad.

IFCC Kembangkan Sertifikasi Hutan Rakyat

(Kanan ke kiri),Ketua IFCC Dradjad Hari Wibowo,2 Vice Chairman PEFC Council Board Sheam Satkuru Ganzella,Chairman PEFC Peter Latham dan Sekjen PEFC Ben Gunnerberg usai konferensi pers Stakeholder Dialogue di Kuta Bali. (ANTARA FOTO/HO/Sidi/wdy/16)

 

Kuta (Antara Bali) - Indonesian Forestry Certification Cooperation (IFCC) mengembangkan sertifikasi untuk hutan yang dikelola masyarakat atau hutan rakyat agar produk mereka dapat diterima pasar internasional yang menerapkan verifikasi produk kayu.

"Saya pribadi tidak ingin organisasi IFCC ini hanya melayani grup besar, tetapi juga mengembangkan sertifikasi hutan rakyat, seperti hutan `agroforestry` di Bali," kata Ketua IFCC Dradjad Hari Wibowo ditemui pada dialog pemangku kepentingan Programme for the Endorsement of Forest Certification (PEFC) di Kuta, Kabupaten Badung, Kamis.

Menurut dia, selama ini baru ada 1,8 juta hektare lahan hutan di Indonesia yang dikelola oleh APP dan APRIL, dua perusahaan besar yang salah satunya mengembangkan bisnis kertas, memiliki sertifikasi.

IFCC, lanjut dia, akan mencari sumber dana untuk membiayai proses sertifikasi bagi hutan yang dikelola rakyat sehingga mereka tidak perlu mengeluarkan biaya mengingat sertifikasi memerlukan dana yang tidak sedikit.

IFCC Dorong Pengelolaan Hutan Lestari dan Akses Pasar Global

Ketua Umum IFCC Dradjad Hari Wibowo (kanan) pada Stakeholder Dialogue di Hotel Sheraton, Kuta Bali yang akan berlangsung hingga Jumat (18/11)

 

KUTA- Produk berlabel Indonesian Forestry Certification Cooperation (IFCC) akan memberi jaminan hutan lestari dan akses pasar global. Hal ini karena IFCC menginisiasi sistem sertifikasi global--Programme for the Endorsement of Forest Certification (PEFC) yang merupakan sertifikat terbesar di dunia dalam pengelolaan hutan lestari.

Pernyataan itu disampaikan Ketua Umum IFCC Dradjad Hari Wibowo pada Stakeholder Dialogue di Hotel Sheraton, Kuta Bali yang akan berlangsung hingga Jumat (18/11). Dalam kegiatan itu juga terpilih Peter Latham sebagai Chairman baru PEFC.

Menurut Dradjad, untuk mendorong pengelolaan hutan lestari, perlu sistem sertifikasi yang memungkinkan para pihak bisa menilai kemajuan dalam pencapaiannya. Sistem itu harus dibangun secara objektif, melalui kerjasama dan kebersamaan, serta tidak melibatkan kampanye negatif dan berbagai bentuk pemaksaan dan tekanan dari satu pihak ke pihak lain.

“Karena itu, sertifikat IFCC yang diterbitkan secara independen sejak tahun 2011 terus disempurnakan dengan melibatkan stakeholder yang mempunyai komitmen tinggi dalam pengelolaan hutan yang lestari untuk menjamin fungsi ekologi dan sosial hutan dapat tetap tetap terjaga,” kata Dradjad.

Produk Berlogo PEFC atau IFCC Tembus US$ 10 milliar

Kegiatan PEFC Forest Certification Week atau Stakeholder Dialogue yang dihadiri oleh para pengurus, anggota dari 43 negara dan 26 Internasioanal Stakeholder Members serta Stakeholders PEFC seluruh Dunia yang dilaksanakan di Kuta, Badung, Rabu,(16/11).

Kegiatan PEFC Forest Certification Week atau Stakeholder Dialogue yang dihadiri oleh para pengurus, anggota dari 43 negara dan 26 Internasioanal Stakeholder Members serta Stakeholders PEFC seluruh Dunia yang dilaksanakan di Kuta, Badung, Rabu,(16/11).

MANGUPURA-Fajar Bali | IFCC (Indonesia Forestry Certification Cooperration) adalah National Governing Body (NGB) dari Programme for the Endrosement of Certification (PEFC) di Indonesia. Didirikan 9 September 2011 yang pada Agustus 2016 telah memiliki 52 orang anggota. Untuk saat ini, IFCC telah memberikan sertifikat kepada 1,2 hektar kawasan dan 24 industri pemegang sertifikat lacak balak (Chain of Custody-CoC) di Indonesia.

Jika dilihat sampai saat ini juga, telah ada beberapa produk mencantumkan loga PEFC Indonesia. Serta ada juga beberapa usaha di Indonesia, juga telah memperoleh sertifikat PEFC. "Sampai saat ini total eksport produk-produk tersebut (telah berlogo PEFC atau IFCC) mencapai lebih dari US$ 10 milliar pada 2015. Dan sertifikat PEFC, telah diakui dan diterima oleh beberapa korporasi multi nasional," ujar Kepala Jajaran Direksi atau Chief Executive Officer (CEO) PEFC International, Ben Gunneberg, Rabu (16/11) di sela kegiatan PEFC Forest Certification Week atau Stakeholder Dialogue di Kuta, Badung.

Dijelaskan, untuk PEFC sendiri merupakan, sekema hutan terbesar di dunia. Yang per 30 Juni 2016, telah menerbitkan sertifikat pengelolaan hutan lestari kepada 300 juta hektar kawasan di seluruh dunia. "Di seluruh hektar kawasan di seluruh dunia, saat ini telah diterbitkan sertifikat pengelolaan hutan lestari," ucapnya.

Gunneberg menambahkan, dengan logo PEFC atau IFCC tersebut produk kertas, bubur kertas, funitur, dan produk olehan kayu lainnya. Terutamanya yang eksportnya terancam oleh boikot lingkungan hidup, kini akan dapat diterima oleh pasar dunia. M-004

Sumber berita: fajarbali.com