Konsumen Didorong Membeli Produk Kehutanan Bersetifikat Lestari

Thursday, 11 December 2014 - 15:03

JAKARTA – Pada 1 Oktober 2014, Skema Sertifikasi Pengelolaan Hutan Lestari IFCC (Indonesian Forestry Certification Cooperation) secara resmi telah mendapatkan endorsement dari sistem sertifikasi dunia, Programme for the Endorsement of Forest Certification (PEFC).

PEFC merupakan organisasi global yang berbasis di Geneva dan telah memberikan sertifikasi lebih dari 264 juta hektar hutan dan 15.804 perusahaan. Ben Gunneberg selaku CEO PEFC International mengatakan, dukungan ini menjadi titik balik bagi Indonesia sebagai negara yang dipandang masih berjuang menanggulangi laju deforestasi.

Sertifikasi hutan merupakan mekanisme penting untuk memverifikasi sekaligus mempromosikan pengelolaan hutan lestari yang mempertimbangkan kemanfaatan lingkungan, sosial dan ekonomi hutan.

"Kami mendorong perusahaan dan konsumen secara bersama untuk memilih produk yang tersertifikasi PEFC sebagai bentuk dukungan kepada pemilik hutan di Indonesia yang telah mengelola hutan mereka secara lestari," kata dia, Kamis (11/12).

Indonesian Forests to Benefit from PEFC Certification

Oct 09 2014

Indonesian forests, home to some of the most biologically diverse forests in the world, can now benefit from credible, globally recognized sustainable forest management certification following the endorsement of the Indonesian Forestry Certification Co-operation (IFCC) by PEFC, the world’s leading forest certification system.

“This endorsement signifies a turning point for Indonesia, a country which is still struggling with combating high deforestation rates,” said Ben Gunneberg, Secretary General of PEFC International. “Forest certification represents an important mechanism to verify and promote sustainable forest management, thus safeguarding the environmental, social and economic benefits that forests provide. This is especially important in a country like Indonesia given the significance of its forest resources both in terms of protecting its invaluable biodiversity and its contribution to the livelihoods of the millions of people that depend on forest resources to make a living.”
With more than 50% of Indonesia’s land area forested, the country’s rainforest is the third-largest in the world. It is considered one of the five most species-rich countries globally, home to about ten percent of all known species of plants, mammals and birds. It is estimated that 80 million Indonesians rely on forests for their livelihood. Responsible management of the country’s forest resources are also important from an economic point of view: Smallholders and industrial forestry operators, along with pulp and paper producers, depend on forests, and contribute approximately US$21 billion to the economy — around 3.5 percent of Indonesia’s GDP. More than 4 million people are employed by this industry.

Sertifikasi Hutan Indonesia Guna Meningkatkan Daya Saing

Financeroll – Industri hasil hutan merupakan salah satu industri non-migas terdepan di Indonesia, yang diproyeksikan akan menempati posisi strategis di pasar dunia. Namun, ada beberapa kendala yang sejauh ini menyebabkan terhambatnya perkembangan produk hasil hutan Indonesia di pasar internasional, diantaranya belum tersertifikasi.
Kata Kepala Proyek dan Pengembangan Programme for Endorsement Forest Certification (PEFC), memperluas penerapan sertifikasi hutan di Indonesia mempunyai peran signifikan dalam meningkatkan pasar internasional untuk produk hutan Indonesia. Konsumen pada pasar-pasar utama, pada dasarnya berharap bahwa produk yang mereka beli memiliki kredential berkelanjutan (sustainability credential). Dalam hal produk berbasis hutan, artinya produk tersebut telah disertifikasi oleh sistem yang diakui secara internasional seperti PEFC.

Setelah SVLK, Sertifikasi Baru Produk Kehutanan Segera Terbit

Giras Pasopati - Rabu, 07 Mei 2014, 18:25 WIB
Bisnis.com, JAKARTA—Setelah Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) terbit, segera diluncurkan sertifikasi baru terkait dengan produk kehutanan dari Indonesia Forestry Certification Cooperation (IFCC).
IFCC adalah lembaga non-profit Indonesia yang merupakan jaringan dari Programme for the Endorsement of Forest Certification (PEFC). PEFC adalah lembaga internasional yang sejak 1999 fokus pada sertifikasi produk kehutanan berkelanjutan.
Sarah Price, Kepala Proyek dan Pengembangan PEFC, mengatakan perbedaan sertifikasi PEFC dengan SVLK adalah lebih menekankan dan mengutamakan bukti produk yang mempraktekkan pola pengelolaan hutan secara berkelanjutan.
“SVLK lebih ke legalitas yang sifatnya hasil bilateral antara Uni Eropa dan Indonesia. Sertifikasi PEFC lebih global, hampir ke seluruh benua,” ujarnya di Jakarta, Rabu (7/5/2014).

Dia menjelaskan, sertifikasi PEFC lebih fokus ke kesadaran konsumen terhadap produk berkelanjutan. Menurut survei di beberapa negara maju dan berkembang, sekitar 54% konsumen percaya dengan label pengelolaan secara keberlanjutan di produk.

Akhir 2014 Indonesia Akan Miliki Sistem Sertifikasi Hutan Berstandart PEFC

May 8, 2014 @ 7:41 pm
Jakarta, EnergiToday -- Indonesia pada akhir tahun ini diperkirakan memiliki sistem sertifikasi hutan yang diakuiProgramme for the Endorsement of Forest Certification (PEFC).

Kepala Proyek dan Pengembangan PEFC, Sarah Price mengatakan pihaknya segera merampungkan hasil terhadap sistem sertifikasi hutan di Indonesia Agustus 2014. "Hasil penilaian ini akan menjadi tonggak baru dalam tata kelola hutan dan produk turunannya untuk bisa diterima oleh lebih 34 negara pembeli global," ujar Sarah seperti dilaporkan Harian Bisnis Indonesia, Kamis (08/05).

Konsultan Perkumpulan Kerjasama Sertifikasi Kehutanan Indonesia/Indonesia Forestry Certification Cooperative (IFCC), Nurcahyo Adi menyatakan standar sertifikasi PEFC berbeda dengan standar sertifikasi lain yang diadopsi dari negara pengusung sertifikasi. Pada November 2013 IFCC menyerahkan sistem sertifikasi hutan mereka untuk dinilai oleh PEFC. Menurut dia, sudah 60 persen luas hutan di dunia terapkan sertifikasi PEFC. Nurcahyo menambahkan IFCC terkonsentrasi mendampingi perusahaan hutan skala besar dan unit manajemen hutan skala kecil untuk bisa menerapkan skema ini.