IFCC Photo Contest 2019: Mengekspos Sinergi Luar Biasa antara Seni Fotografi dan Kebanggaan terhadap Kehutanan Indonesia

Apakah Anda pernah membayangkan jika dunia tidak memiliki hutan? Apakah Anda pernah membayangkan jika tidak ada air dan oksigen karena tidak ada hutan di dunia?

Oleh karena itu, hutan adalah hal penting di dunia. Untuk menggambarkan betapa berharganya hutan, PEFC melihat bahwa fotografi adalah salah satu cara untuk mengungkapkannya.

Tahun ini adalah tahun ke-3 PEFC menyelenggarakan PEFC Photo Contest tahunan mereka. IFCC dengan penuh semangat turut berpartisipasi dengan mengadakan kontes foto nasionalnya, IFCC Photo Contest 2019, dengan tema "Explore Indonesian Forest with IFCC 2019". Kontes foto IFCC tahun ini diadakan mulai tanggal 22 April 2019 (Hari Bumi) hingga tanggal 5 Juni 2019 (Hari Lingkungan Hidup Sedunia) yang menarik lebih dari 1000 orang untuk mengirimkan karya fotografi terbaik mereka. Pada akhir kontes foto, IFCC menerima 1486 foto.

Para juri bekerja keras dalam memilih ke-1486 foto tersebut. Salah satu juri, Andrew Suryono, menyatakan kesannya tentang lomba foto ini, “Hutan merupakan simbol Indonesia. Menghasilkan foto yang bercerita tentang hutan bukanlah hal yang mudah, meskipun untuk fotografer profesional. Saya cukup kagum dengan hasil-hasil foto yang saya lihat di IFCC Photo Contest 2019. Secara keseluruhan, kualitas foto dari para pemenang sangat baik dan sesuai dengan tema Photo Contest ini. Karena banyaknya foto-foto yang berkualitas, pekerjaan penjurian pun menjadi sebuah tantangan tersendiri. Saya ucapkan selamat kepada semua pemenang! Semoga dengan foto-foto Anda, kita bisa menunjukkan simbol Indonesia secara positif di mata internasional.”

Akhirnya, sehari sebelum tanggal pengumuman pemenang, para juri memutuskan 5 pemenang dari IFCC Photo Contest 2019. Profil mereka tercantum pada artikel ini.

Pemenang IFCC Photo Contest 2019 dikompetisikan lagi dalam PEFC International Photo Contest 2019. Para fotografer Indonesia telah memberikan prestasi luar biasa sejak tahun 2017 dalam PEFC Photo Contest. Mulai tahun 2017, salah satu pemenang IFCC Photo Contest terpilih menjadi 12 besar di PEFC International Photo Contest. Pada tahun 2018, tidak hanya satu tetapi dua pemenang IFCC Photo Contest terpilih menjadi 12 besar di PEFC International Photo Contest. Tahun ini, Indonesia mengulangi kisah sukses tersebut karena dua pemenang IFCC Photo Contest terpilih sebagai kontestan yang fotonya masuk dalam 12 foto terbaik di PEFC International Photo Contest.

exhibition.jpg

Kredt foto: PEFC Internasional

 

Para Pemenang

658.jpg

Foto pemenang ke-1: "Sahabat Alam"

Foto berjudul "Sahabat Alam" yang berlokasi di Taman Nasional Gunung Leuser, Tangkahan, Sumatra Utara ini telah berhasil mengantarkan Sofyan menjadi pemenang ke-1 pada IFCC Photo Contest 2019. Foto Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) yang ia ambil ini merupakan salah satu sub jenis gajah Asia yang hanya dijumpai di Pulau Sumatera. Gajah-gajah tersebut bertugas untuk berkeliling menjaga hutan dari berbagai ancaman praktek illegal logging yang dilakukan pihak pembalak liar.

Sofyan telah menggeluti dunia fotografi selama 19 tahun, semenjak duduk di bangku kuliah dan mengikuti UKM fotografi. Selama menggeluti dunia fotografi, Sofyan telah menorehkan prestasi di bidang fotografi, antara lain menjadi Juara 1 Lomba foto infrastuktur PU dan Juara 2 Lomba Foto Xiaomi Photography International.

Pemilik motto hidup "Selalu Bersyukur" ini berharap agar dapat terus berkarya dengan ide-ide kreatif yang segar.enjaga kesegarannya.

36.jpg

Foto pemenang ke-2: “Rimbunnya Hutan Wisata Alam dan Jernihnya Air Terjun Grojogan Sewu”

“Alam selalu bisa mensinergikan apapun yang ada di dalamnya dengan baik, bahkan tanpa campur tangan manusia. Seperti yang kita lihat dalam foto ini, ketika keseimbangan alam terjaga dengan baik maka keindahan dan manfaatnya pun bisa kita nikmati. Air terjun yang berasal dari mata air yang jernih di dalam hutan tak akan terlihat indah dan bersih tanpa adanya rimbunan hutan yang membantu menjaga kesegarannya.

Begitupun hutan tak akan mampu tumbuh lebat tanpa adanya mata air alami yang mengalirinya. Dan dari semua itu, pada akhirnya alam tanpa pamrih memberikannya kepada kita untuk kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya sebagai sumber air bersih maupun wahana rekreasi, edukasi dan wisata. Tugas kita bukanlah mencampuri sinergi dan keseimbangan alam ini, cukup dengan menjaganya dengan tidak sembarangan menebang hutan maupun mengotori sumber mata air di dalamnya agar selalu bisa dinikmati oleh generasi penerus kita kelak.” Begitulah kata Kurniawan Doni Wibowo yang biasa disapa Doni ini, mendeskripsikan foto yang ia ambil di Grojogan Sewu, Tawangmangu, Karanganyar.

Doni telah berpengalaman di bidang fotografi selama 10 tahun. Dalam beberapa tahun terakhir, ia telah meraih beberapa prestasi fotografi, antara lain menjadi Runner up Photo Contest Sony SEA 2019 dan Juara 3 lomba foto Museum Kebangkitan Nasional 2018.

Setelah menjadi pemenang ke-2 IFCC Photo Contest 2019, ia berharap agar karya fotonya ini bisa menginspirasi masyarakat Indonesia untuk lebih sadar dan menjaga keindahan sumber daya alam hutan yang menghiasi nusantara ini dan mata air alami serta segala sesuatu yang terkandung di dalamnya, sehingga julukan Indonesia sebagai Zamrud Khatulistiwa tidak akan pernah lekang dimakan jaman. Ia juga berharap semoga foto ini bisa mewakili suara dari Indonesia untuk bisa menginspirasi masyarakat internasional untuk lebih menjaga keberlangsungan hutan di belahan bumi manapun sebagai paru-paru dunia agar bisa dinikmati oleh generasi penerus seluruh manusia di manapun kelak.

689.jpg

Foto pemenang ke-3: "Sunset di Ufuk Barat"

Foto yang diabadikan oleh Ahmad Fadli di Kecamatan Biringkaya, Kelurahan Bulurokeng, Kota Makassar ini berjudul “Sunset di ufuk barat”. Foto ini berhasil menjadikan Ahmad Fadli sebagai pemenang ke-3 IFCC Photo Contest 2019. Ia mendeskripsikan fotonya sebagai sebuah fenomena alam dalam hal ini matahari, yang memiliki keindahan tersendiri.

Mahasiswa yang memiliki hobi fotografi ini sudah memiliki pengalaman di bidang fotografi selama 5 tahun. Ia berpartisipasi dalam IFCC Photo Contest 2019 untuk menampilkan karya terbaiknya yang indah. Pemilik motto hidup “kerja keras dan terus berkreasi” ini berharap, setelah menjadi pemenang IFCC Photo Contest 2019 ia dapat terus berkarya dan bisa menjadi fotografer terkenal.

83.jpg

Foto pemenang ke-4: "Green Forest and Beautiful Sunrise"

Dengan foto berjudul "Green forest and beautiful sunrise", Roni Atmoko berhasil meraih juara ke-4 dalam IFCC Photo Contest 2019. “Foto air terjun dengan dikelilingi hutan hijau yang masih alami dan terjaga kelestariannya, saya ambil waktu sunrise sekitar jam 06.41 WIB.” Begitu kata Roni, mendeskripsikan foto yang diambilnya di Air terjun Tumpak Sewu, Lumajang, Jawa Timur.

Pehobi fotografi landscape & travelling ini mengungkapkan bahwa tujuan untuk mengikuti IFCC Photo Contest 2019 ini adalah untuk mengukur pencapaian diri dalam agenda lomba foto alam yang berkualitas baik skala nasional maupun internasional. Ia mengaku telah menggeluti fotografi selama 4 tahun, sejak tahun 2015.

Pemilik motto "Hari ini lebih baik dari hari kemarin" ini telah meraih berbagai prestasi bidang fotografi dalam beberapa tahun terakhir. Beberapa prestasi yang ditorehkannya adalah juara favorit Haida Filter Internasional tahun 2018, bergabung dengan Tim Haida Filter Indonesia 2019, juara 2 kategori Landscape Event Disporapar Jateng 2019, dan juara harapan lomba foto nasional Himafest Bali 2019.

Harapan Roni setelah menjadi Pemenang ke-4 IFCC Photo Contest 2019 adalah agar dapat terus berkarya dan mempromosikan keindahan alam dan hutan Indonesia.

29.jpg

Foto pemenang ke-5: "Memanen Getah Pohon Damar"

“Warga mengunduh atau memanen getah damar di repong damar dekat kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung. Untuk memanen getah damar para pengunduh dilengkapi alit (sejenis tali rotan untuk menopang tubuh), kapal dan wadah untuk menaruh hasil panen damar.” Begitu kata Edy Susanto, pemenang ke-5 IFCC Photo Contest 2019, menjelaskan deskripsi foto yang ia ambil di Repong Damar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung.

Edy adalah seorang freelance photographer yang memiliki hobi fotografi dan hiking. Ia telah menekuni dunia fotografi selama lebih dari 10 tahun.

Setelah menjadi pemenang ke-5 IFCC Photo Contest 2019, Edy berharap agar dapat terus berkarya dan karyanya bisa diterima di masyarakat luas.

 

Tentang Andrew Suryono

Sedikit mengulas tentang juri IFCC Photo Contest 2019 yang satu ini, beliau pertama kali memenangkan penghargaan internasional yang besar: Juara 1 di kompetisi foto World Photography Organization, kompetisi fotografi terbesar di dunia. Setelah itu, beliau memenangkan banyak penghargaan lainnya dan sekarang fotonya sudah di eksebisikan di museum dan galeri di lebih dari 15 negara. Beliau juga sudah bekerja dengan banyak perusahaan besar dunia termasuk National Geographic. Tahun 2018, beliau memperoleh penghargaan sebagai fotografer Indonesia pertama yang fotonya berhasil ditampilkan di galeri Fine Art National Geographic yang prestis di Amerika.

Ekonom senior Dradjad Wibowo terpilih secara aklamasi menjadi anggota dewan Programme for the Endorsement of Forest Certification (PEFC), sehingga memperkuat posisi lobi Indonesia di dalam organisasi sertifikasi hutan yang beranggotakan 52 negara.

Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom senior Dradjad Wibowo terpilih secara aklamasi menjadi anggota dewan Programme for the Endorsement of Forest Certification (PEFC), sehingga memperkuat posisi lobi Indonesia di dalam organisasi sertifikasi hutan yang beranggotakan 52 negara. 

Menurut Dradjad yang kini menjabat sebagai Ketua Umum IFCC (Indonesian Forestry Certification Cooperation), anggota organisasi itu terdiri dari  puluhan perusahaan serta organisasi dunia, dan IFCC merupakan wakil Indonesia untuk PEFC.

Dradjad menjelaskan, sertifikat IFCC/PEFC terbukti sangat membantu pelaku hutan tanaman industri (HTI) dan olahannya, terutama kertas dan bubur kertas.

Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) itu mengatakan bahwa sekarang organisasi dunia tersebut telah mengakui kalau HTI Indonesia dikelola secara lestari. 

“Apalagi, saat puncak kebakaran hutan pada 2019. Dari konsesi HTI seluas empat juta hektare yang bersertifikat, hanya 2-3 persen saja yang terbakar.  Itu pun sebagiannya adalah areal yang dipakai pihak lain,” katanya dalam keterangannya kepada wartawan, Kamis (14/11/2019).

Pemilihan anggta Dewan PEFC itu berlangsung di Benteng Muleinberg, Wurburg, Jerman kemarin waktu setempat.

PEFC merupakan skema sertifikasi hutan terbesar di dunia. Per Maret 2019 terdapat 311 juta hektare hutan yang bersertifikat PEFC dan melibatkan lebih dari 750 ribu pemilik hutan. Sedangkan, di sektor hilirnya, terdapat lebih dari 11500 perusahaan yang memakai sertifikat PEFC termasuk raksasa dunia seperti Walmart, Tesco, Zara dan sebagainya. 

Kertas dan bubur kertas Indonesia sempat diboikot pembeli dunia sejak 2008/2009. Akan tetapi setelah bersertifikat, nilai ekspornya naik US$1 miliar lebih pada tahun 2017. 

“Hutan lestari itu perlu komitmen dan kerja yang luar biasa dari pelaku kehutanan Indonesia. Kita sempat dicap ‘penyakitan’ dan ‘harus dijauhi”. Tapi, sekarang pelaku hutan lestari dunia mengakui kita,” kata Dradjad.

Dradjad berharap lebih banyak lagi pelaku sektor hilir Indonesia yang terlibat dalam hutan lestari. Baik dari industri, jasa, perbankan, ritel hingga disainer fesyen dan konsumen. 

“Saat ini banyak pihak yang belum terlibat dalam hutan lestari. Padahal, hutan lestari bermanfaat bukan hanya bagi ekspor atau lapangan kerja saja. Tapi juga bagi nama baik Indonesia, dan masa depan anak-cucu. Itu salah satu alasan saya menjadi Dewan PEFC,” kata Dradjad.

Selamat, Dradjad Wibowo Terpilih Jadi Board Member PEFC

Selamat, Dradjad Wibowo Terpilih Jadi Board Member PEFC - JPNN.COM

jpnn.comJAKARTA - Ekonom Dradjad H Wibowo terpilih untuk duduk di board member Programme for the Endorsement of Forest Certification (PEFC), sebuah lembaga internasional nonprofit yang berbasis di Jenewa, Swiss. Dradjad menjadi satu dari tiga anggota baru yang duduk di board member organisasi pendukung kelestarian hutan itu.

Mantan ketua Dewan Informasi Strategis Kebijakan (DISK) Badan Intelijen Negara (BIN) itu bersama dua orang lainnya, Josien Tokeo (Suriname) dan Kurt Ramskogler (Austria) menjadi board member PEFC setelah terpilih dalam sidang majelis umum (general assembly) di Würzburg, Jerman, Rabu (13/11). Kabar itu diunggah ke laman resmi lembaga pimpinan Peter Latham tersebut dengan titel PEFC Board elections 2019.

We are delighted to welcome three new board members (Kami dengan gembira menyambut tiga anggota baru dewan, red): Josien Tokeo (tokoh adat), Kurt Ramskogler dan Dradjad Wibowo,” demikian tertulis di laman PEFC.

Laman itu juga membeber rekam jejak Tokeo, Kurt maupun Dradjad. Tokeo merupakan anggota Organisasi Masyarakat Adat Suriname (IOS). Dia juga memimpin Coordination of The Indigenous Organisations of the Amazon Basin (COICA).

Adapun Kurt merupakan ketua PEFC Austria. Dia juga merupakan anggota Dewan Penasihat Austrian Research Center for Forests (BFW).

Sementara Dradjad adalah chairman sekaligus pendiri Indonesian Forestry Certification Cooperation (IFCC). Pengajar di Institut Perbanas Jakarta itu juga pendiri Sustainable Development Indonesia (SDI).

Selain tiga anggota baru untuk board member, PEFC juga memilih figur untuk posisi vice chair bagi organisasi yang beranggotakan 52 negara itu. Yang terpilih adalah David Ford.

Dradjad yang dihubungi melalui layanan pesan mengatakan, IFCC mewakili Indonesia dalam PEFC. Menurut dia, PEFC merupakan skema sertifikasi hutan terbesar di dunia.

“Per Maret 2019 terdapat 311 juta hektare hutan yang besertifikat PEFC. Ini melibatkan lebih dari 750 ribu pemilik hutan,” sebutnya.

Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) itu menambahkan, terdapat lebih dari 11.500 perusahaan yang memakai sertifikat PEFC. “Mereka termasuk raksasa dunia seperti Walmart, Tesco, Zara dan sebagainya," tuturnya.

Lebih lanjut Dradjad mengatakan, sertifikat dari IFCC terbukti sangat membantu pengusaha hutan tanaman industri (HTI) dan industri olahannya seperti kertas dan bubur kertas. Menurutnya, dunia sekarang mengakui HTI di Indonesia dikelola secara lestari.

“Hutan lestari itu perlu komitmen dan kerja yang luar biasa dari pelaku kehutanan Indonesia. Kita sempat dicap penyakitan dan harus dijauhi, tetapi sekarang pelaku hutan lestari dunia mengakui kita,” ujarnya.

source: https://m.jpnn.com/news/selamat-dradjad-wibowo-terpilih-jadi-board-member-pefc

Jadi Dewan PEFC Dradjad Promosikan Hutan Lestari Indonesia

Jadi Dewan PEFC Dradjad Promosikan Hutan Lestari Indonesia

TRIBUNNEWS.COM,JERMAN-Rabu (13/11/2019) waktu setempat di Benteng Marienberg, Würzburg, Jerman, ekonom senior dan politisi PAN Dradjad Wibowo terpilih secara aklamasi menjadi anggota Dewan atau Board dari PEFC (Programme for the Endorsement of Forest Certification).

Dradjad yang juga Ketua Umum IFCC (Indonesian Forestry Certification Cooperation) menjelaskan,
PEFC adalah sebuah lembaga yang berbasis di Geneva, dengan anggota 52 negara.

Ditambah dengan puluhan perusahaan ataupun organisasi dunia. IFCC mewakili Indonesia dalam PEFC.

PEFC merupakan skema sertifikasi hutan terbesar di dunia. Per Maret 2019 terdapat 311 juta hektar hutan yang bersertifikat PEFC. Ini melibatkan lebih dari 750 ribu pemilik hutan. Di sektor hilirnya, terdapat lebih dari 11500 perusahaan yang memakai sertifikat PEFC.

Mereka termasuk raksasa dunia seperti Walmart, Tesco, Zara dan sebagainya. Menurut Dradjad, sertifikat IFCC / PEFC terbukti sangat membantu pelaku hutan tanaman industri (HTI) dan olahannya, yaitu kertas dan bubur kertas. Dunia sekarang mengakui kalau HTI Indonesia dikelola secara lestari.

Apalagi, saat puncak kebakaran hutan 2019, dari konsesi HTI seluas 4 juta hektar yang bersertifikat, hanya 2-3% saja yang terbakar. Itu pun sebagiannya adalah areal yang dipakai pihak lain.

Kata Dradjad, kertas dan bubur kertas Indonesia sempat diboikot pembeli dunia sejak 2008/9. Setelah bersertifikat, ekspor naik US$ 1 milyar lebih pada tahun 2017.

“Hutan lestari itu perlu komitmen dan kerja yang luar biasa dari pelaku kehutanan Indonesia. Kita sempat dicap ‘penyakitan’ dan ‘harus dijauhi”. Tapi sekarang pelaku hutan lestari dunia mengakui kita,” imbuh Dradjad.

Dradjad berharap lebih banyak lagi pelaku sektor hilir Indonesia yang terlibat dalam hutan lestari. Baik dari industri, jasa, perbankan, ritel hingga disainer fesyen dan konsumen.

“Saat ini banyak pihak yang belum terlibat dalam hutan lestari. Padahal, hutan lestari bermanfaat bukan hanya bagi ekspor atau lapangan kerja saja," ujarnya.

" Tapi juga bagi nama baik Indonesia, dan masa depan anak-cucu. Itu salah satu alasan saya menjadi Dewan PEFC” kata Dradjad.

source: https://m.tribunnews.com/internasional/2019/11/14/jadi-dewan-pefc-dradjad-promosikan-hutan-lestari-indonesia

Jadi Dewan PEFC, Dradjad Promosikan Hutan Lestari Indonesia

Jadi Dewan PEFC, Dradjad Promosikan Hutan Lestari Indonesia

Jakarta, Beritasatu.com - Ekonom senior dan politisi PAN Dradjad Wibowo terpilih secara aklamasi menjadi anggota dewan atau board dari PEFC (Programme for the Endorsement of Forest Certification), Rabu, 13 November 2019 di Benteng Marienberg, Würzburg, Jerman.

Dradjad yang juga Ketua Umum IFCC (Indonesian Forestry Certification Cooperation) mengatakan PEFC adalah sebuah lembaga yang berbasis di Jenewa, dengan anggota 52 negara,  ditambah dengan puluhan perusahaan ataupun organisasi dunia. IFCC mewakili Indonesia dalam PEFC.

"PEFC merupakan skema sertifikasi hutan terbesar di dunia. Per Maret 2019 terdapat 311 juta hektare hutan yang bersertifikat PEFC. Ini melibatkan lebih dari 750.000 pemilik hutan. Di sektor hilirnya, terdapat lebih dari 11.500 perusahaan yang memakai sertifikat PEFC. Mereka termasuk raksasa dunia seperti Walmart, Tesco, Zara dan sebagainya," ujar Dradjad dalam keterangan tertulis kepada Beritasatu.com, Kamis (14/11/2019).

 

Menurut Dradjad, sertifikat IFCC/PEFC terbukti sangat membantu pelaku hutan tanaman industri (HTI) dan olahannya, yaitu kertas dan bubur kertas. Dunia sekarang mengakui kalau HTI Indonesia dikelola secara lestari. Apalagi, saat puncak kebakaran hutan 2019, dari konsesi HTI seluas 4 juta hektare yang bersertifikat, hanya 2-3% saja yang terbakar. Itu pun sebagiannya adalah areal yang dipakai pihak lain.

Dradjad mengatakan kertas dan bubur kertas Indonesia sempat diboikot pembeli dunia sejak 2008/2009. Setelah bersertifikat, ekspor naik US$ 1 miliar lebih pada tahun 2017. “Hutan lestari itu perlu komitmen dan kerja yang luar biasa dari pelaku kehutanan Indonesia. Kita sempat dicap ‘penyakitan’ dan ‘harus dijauhi”. Tapi sekarang pelaku hutan lestari dunia mengakui kita,” imbuh Dradjad.

Dradjad berharap lebih banyak lagi pelaku sektor hilir Indonesia yang terlibat dalam hutan lestari. Baik dari industri, jasa, perbankan, ritel hingga disainer fesyen dan konsumen.

“Saat ini banyak pihak yang belum terlibat dalam hutan lestari. Padahal, hutan lestari bermanfaat bukan hanya bagi ekspor atau lapangan kerja saja. Tapi juga bagi nama baik Indonesia, dan masa depan anak-cucu. Itu salah satu alasan saya menjadi Dewan PEFC,” kata Dradjad.

source: https://www.beritasatu.com/nasional/585254/jadi-dewan-pefc-dradjad-promosikan-hutan-lestari-indonesia